Hari hariku.......
Saturday, July 29, 2006
Romusha itu seperti apa sih?
Kata ROMUSHA telah di kenal sejak perang dunia ke-2 ketika bala tentara Jepang mendatangi negeri-negeri jajahannya tak terkecuali Indonesia. Namun, terus terang saya tidak tahu bagaimana bentuk romusha yang sebenarnya kecuali hanya dari buku-buku sejarah. Romusha atau FORCED LABOR menyisakan cerita getir nan pahit dalam sejarah Indonesia.

Di satu sisi ketika saya datang ke Jepang tahun 2000 hingga saat ini, saya mengenal karakter bangsa ini dalam bekerja. Meraka adalah pekerja keras, workaholic people. Bisa di bayangin saja, Jepang bukanlah negeri yang penuh dengan aneka kekayaan alam seperti layaknya Indonesia. Mungkin karena itu pulalah, mereka adalah pekerja-pekerja keras yang tangguh. Saya jadi bertanya, apakah kerja keras seperti inilah yang dulu di sebut dengan romusha??. Ada yang bisa ngasih pencerahan?. Tapi romusha itu di gaji nggak ya?

Pengalaman saya hingga saat ini di dunia kampus di Jepang yang tak lepas dari riset, conference, seminar, etc juga demikian. Mental kita di didik untuk menjadi pe-riset yang tangguh, dan inovasi-inovasi baru. dan yang jelas juga memiliki "tingkatan stress yang tinggi". Tiap pagi jam 8 sudah di kampus apalagi kalo bukan riset dan juga melihat perkembangan2 terbaru dari bidang yang kita pelajari. Sarana-prasarana kampus yang sangat mendukung untuk suatu "research university" menjadi suatu hal yang cukup menyenangkan untuk berinovasi dalam ber-penelitian-ria (*smile). Setiap hari, at least ada 2 riset terbaru yang di publish oleh peneliti2 di belahan dunia ini yang di baca. Kalo ada masalah dalam penelitian, dalam sehari bisa sampe 30-40 international journals yang di baca. Inikah romusha di dunia kampus? di dunia penelitian?.

Tak hanya itu saja, kita juga sering di kejar-kejar untuk segera melaporkan hasil penelitian kita dalam bentuk tulisan (manuscript) untuk di kirim ke International Journal. Inipun kita harus cepat-cepatan biar tidak kedahuluan penelitian orang lain yang di published. Bagaimana dengan konferensi atau symposium atau seminar?. Ini juga demikian...bikin capek dan stress..hehehehe. Dalam tahun 2006 ini jadwal konferensi atau seminar saya cukup banyak. Kalo hanya seminar dan mempresentasikan "recycle dari penelitian" tentu...bukan suatu masalah. Tetapi tiap presentasi ini mesti hasil-hasil baru atau pengembangan dari yang sebelumnya. Tahun ini daftar presentasi saya di berbagai konferensi sbb :
1. Symposium on flow-based methods in Analytical Chemistry , February, Nagoya 2006
2. GS and HS symposium, July, Okayama 2006.
3. Indonesian Scientific Conference, Hiroshima, Agustus, 2006
4. The China-Japan-Korea symposium on environmental analytical chemistry, Chongqing, China, September 2006
5. Annual meeting of Japan Society for Analytical Chemistry, Osaka, September 2006
6. Conference of Chemical Society of Japan, Okinawa, November 2006
Cukup banyak...dan itu sebenarnya melelahkan. Sebenarnya masih ada 1 jadwal konferen lagi, namun terpaksa nolak karena susah cari waktunya di samping juga capeknya dan data-data terbaru yang nyaris habis. Sekali lagi..., apakah ini juga, termasuk romusha? (*smile).

satu kunci yang ingin saya katakan..."CINTA". Dengan demikian kita akan senang melakukannya biarpun itu berat. Dalam Islam juga begitu, kan? ke-CINTA-an kita kepada Allah membuat kita dengan SENANG HATI menjalankan perintahNYA dan menjauhi laranganNYA. Apalagi hanya kerjaan di kampus..., tul nggak?. (*smile).

Pernah ketika ngobrol-ngobrol sama Sensei, dan dia menanyakan bagaimana iklim penelitian di Indonesia. Saya bilang saja, kami memang masih kalah jika di bandingkan dengan jepang, tetapi kami sedang menuju ke arah perkembangan yang significant. satu hal yang perlu di catat " belum pernah ada cerita orang jepang lebih pinter dari orang Indonesia". Sensei hanya tersenyum saja. hehehehehe.
posted by Shinkansen @ 3:55 AM  
3 Comments:
  • At 6:57 AM, Blogger Herli Salim said…

    Mula-mula memang kerja paksa, nanti lam-lama jadi biasa, apalagi disertai cinta,pasti akan lebih mengasyikan.Romusha itu sempat membuat wilayah Lebak jadi membara karena berontak sama penindasan Belanda yg maksa buka perkebunan lada di wilayah Banten. Mang Aang tinggal di Serang, Banten, suka merasakan adanya gereget ini. Multatuli itu bikin buku Saija dan Adinda terinspirasi oleh penderitaan rakyak Lebak. Btw, ttg romusha di dunia akademik, kayaknya perlu juga sekedar utk menanamkan research habit,eagerness to do presentation, writing artcicles, etc. Soalna ketika kita sedang berada pd situasi yg tertekan adakalanya suku muncul 'incredible power' he..he.. pengalaman pribadi, maklum suka menggunakan aji pamungkas aja. Hm...

     
  • At 8:14 AM, Blogger urang kertasari said…

    Sungguh benar, semuanya bersandar pada hati. Sekali segala sesuatu berkenan dihati, apapun akan dikerjakan dengan senang nggak ketang perkerjaan itu berat atau ringan. Bukankah ALLAH juga memanggil manusia itu hatinya ? "Hai hati yang lapang, hai hati yang tenang"
    Rasanya pernah posting di blog "Resonansi hati"

     
  • At 4:35 AM, Blogger Herli Salim said…

    Hi bro... kemna aja nih. Biasanya aktif kasih komen. Sibuk ya?

     
Post a Comment
<< Home
 
About Me

Name: Shinkansen
Home: Indonesia
About Me:
See my complete profile
Previous Post
Archives
My Publications
Blog Keluarga
Powered by

BLOGGER