Hari hariku.......
Thursday, September 07, 2006
Mau Ikutan Sayembara??

Ada yang minat ikutan sayembara menghentikan semburan lumpur lapindo? berhadiah rumah type 36 seharga 100 juta!!. Beritanya ada di detik.com

Jika berminat....buruuuaan daftar. 40 paranormals dari pelosok
 nusantara telah mendaftar.
Eeeiiiittt...tunggu dulu, ada ujian seleksi untuk ikutan sayembara ini, yaitu :
"Calon peserta HARUS bisa menutup kran air dari jarak jauh, tanpa menyentuh kran"

Ntahlah...apakah itu "keputusasaan" masyarakat korban lumpur karena hingga ini...luapan lumpur semakin menjadi jadi. Sebenarnya..., sayapun hanya bisa tersenyum getir membaca berita tersebut. Sudah 100 hari lebih mud flow tersebut nggak bisa di hentikan, sedangkan bahaya kian mengancam penduduk di sekitarnya. Apalagi jika musim hujan tiba. Nggak bisa membayangkan jika tanggul jebol dan banjir lumpur mengalir deras. Berapa korban akan jatuh??.

Beberapa wacana termasuk mengalirkan lumpur ke laut melalui sungai telah di bicarakan. Ini sebenarnya suatu solusi jelek dari yang sangat sangat jelek. Bagaimanapun juga pertimbangannya hanya " dari pada manusianya yang jadi korban, mendingan ekosistem sungai dan laut yang di korbankan". Terus terang saya sedikit curiga dengan jelek ini, yaitu sebenarnya Lapindo sudah mulai kehabisan dana dalam usahanya untuk menghentikan lumpur ini sehingga muncullah "ide nggak populer" untuk membuang lumpur ke sungai atau laut. Bukankah cara tersebut PALING MURAH biayanya?? walaupun harus mengganggu keseimbangan lingkungan lainnya yang akan memberikan dampak buruk di kemudian hari. Lingkungan kita akan hancur ?

Saya juga tidak bisa memberikan ide atau cara bagaimana menghentikan lumpur tersebut. Saya bukan ahli untuk itu. Namun melihat beberapa kasus mud flow di belahan dunia seperti di mexico atau di salah satu negara pecahan uni soviet (lupa namanya), di mana bisa menghentikan aliran tsb, harusnya bisa belajar dari mereka. Mungkin biaya akan sangat-sangat besar (mungkin bisa membuat Lapindo atau bahkan induknya Bakrie Group collapse), tetapi mau apa lagi? tanggung jawab harus ada !!!. Disini barangkali perlu intervensi pemerintah. Kalo melihat skenario penghentian mud flow dalam kasus ini, dimana ada 3 jenis mulai dari Snubbing unit , dan yang terakhir adalah Relief well. yah....hanya ADA 3, yang berarti jika yg ke-3 ini gagal, haruskah BENDERA PUTIH DI TANCAPKAN??. Ataukah wacana membuang lumpur ke laut ini sudah merupakan bagian dari upacara "pengibaran bendera putih" ini?.

Mungkin jika orang Lapindo atau Instansi terkait pemerintah membaca tulisanku ini, mereka akan berkata " ah..kamu ngritik doang, tanpa memberikan solusi". Sudah saya katakan...saya bukan geologist, saya bukan ahli untuk ini. hehehehe...jawaban gampang kan?. Tetapi saya tahu bagaimana membuat lumpur yang penuh dengan kandungan heavy metals menjadi tidak berbahaya. Saat ini memang telah banyak di lakukan usaha bagaimana memanfaatkan lumpur Lapindo ini, mulai dari di buat bahan beton, genting, etc. Tapi mereka MELUPAKAN bahwa leaching dari logam berat tersebut akan terjadi, dan ini tetap berbahaya.

Sahabat saya yang kebetulan dulu satu SMA dan juga kuliah di universitas yang sama, tetapi dia di jurusan Civil Engineering dan kebetulan saat ini dia bekerja di salah satu perusahaan bergerak di bidang beton dan kebetulan juga perusahaannya berpusat di Sidoarjo, beberapa waktu lalu mengirim e-mail bagaimana memperkuat beton dengan menggunakan bahan A, B, and C, termasuk minta perkiraan biaya. Sebenarnya bahan-bahan tersebut tidak hanya memperkuat beton tsb tetapi juga bisa mencegah leaching dari komponen-komponen berbahaya dari bahan beton itu. Rupanya sahabat baik saya ini sedang mencobanya........semoga berhasil sobat. Namun saya lebih mendo`akan semoga bencana ini segera berlalu.


posted by Shinkansen @ 5:31 AM  
1 Comments:
  • At 11:32 AM, Blogger urang kertasari said…

    Penah ngobrol sama temen di komplek perumahan dimana mang dudung tinggal. Salah seorang bercerita begini: Ini perusahaan adalah perusahaan gabungan dimana PT Medco Energy adalah salah satu pemegang saham besarnya, kalau tidak salah sekitar 39 %. Ceritanya waktu mau ngebor ini daerah, si Medco nggak setuju karena ini daerah berbahaya (atau apa lah namanya), dia berpendapat bahwa sejak jaman penjajahan pun hal ini sudah diketahui oleh fihak penjajah (Shell mungkin?). Kalau mereka mau, kenapa mereka tidak lakukan dahulu? Pasti ini ada hitung-hitungannya. Nah setelah beragumentasi begitu, fihak Medco tetap menolak, kalau toh akan terus dilanjutkan, Medco tidak ikut bertanggung jawab. Singkat cerita go itu project. Setelah mencapai kedalaman tertentu, harusnya ada pengujian dan ada tembahan alat yang harus dilakukan, tapi lapindo mengatakan "aman", lanjut.... Sampailah pada malapetaka terjadi. Kenapa? Mau ngirit nggak mau pake alat tambahan atau "bagaimana ntar?"
    Itulah pemerinyah kita, nggak konsisten pegang aturan. Sekarang, ulahnya Lapindo setelah memakan korban sekian banyak mau dijadikan BENCANA NASIONAL? Jadi beban negara dong?

     
Post a Comment
<< Home
 
About Me

Name: Shinkansen
Home: Indonesia
About Me:
See my complete profile
Previous Post
Archives
My Publications
Blog Keluarga
Powered by

BLOGGER