Hari hariku.......
Thursday, June 22, 2006
saya professor ????
Ketika menulis judul ini, saya senyum-senyum sendiri. Kenapa saya menulis begitu? tanggal 20 June 2006 yang lalu saya menerima invitation letter untuk menghadiri The 2006 China-Japan-Korea Symposium on Environmental Analytical Chemistry, yang akan di laksanakan di China bulan september nanti. Ketika Invitation letter tsb saya tunjukkan ke teman di Lab (Wut and Ping, keduanya dari Thailand), mereka juga ketawa. ya..sudahlah...mudah-mudahan kelak bisa jadi professor beneran hehehehehehehe.

Berikut invitation tersebut:

posted by Shinkansen @ 7:25 AM   6 comments
Sunday, June 11, 2006
World Cup dan Belajar
World Cup 2006, pesta 4 tahunan sepak bola dunia, baru saja bergulir di Jerman tanggal 9 Juni lalu. Daya tarik yang kuat World Cup begitu kuat mempengaruhi aktivitas rutin masyarakat dunia, sehingga seringkali terjadi anomali aktivitas selama 1 bulan. Sering begadang, kurang tidur, menjadi hal yang lumrah. Tidak hanya itu saja, (mungkin) produktivitas lembaga baik swasta dan pemerintah bisa terjadi penurunan karena karyawannya bolos atau ngantuk akibat begadang yang berlebihan. Di beberapa negara gibol, tak jarang karyawan resign dari tempat kerjanya hanya untuk World Cup.

Ini mengingatkan saya juga ketika World Cup 1994 lalu. Saat itu saya masih mahasiswa S-1 tahun ke-2. World Cup 1994 bersamaan dengan ujian semester. Seorang teman bilang.." World Cup 4 tahun sekali, sedang ujian semester hanya tiap setengah tahun sekali..., jangan korbankan nonton World Cup...hanya oleh ujian semester". hehehehe.....bisa aja, tapi memang begitulah yang terjadi. Nonton sepak bola sambil belajar. beberapa pertandingan saat itu berlangsung pagi hari waktu Indonesia, dan hampir bersamaan dengan jadwal ujian. Seingatku, ada 3x ujian yang saya selesaikan dalam waktu 1 jam (dari seharusnya 2 jam) hanya karena ingin buru-buru nonton team favorit bertanding. Alhamdulillah..., walaupun ada rasa heran, IPK saya saat itu justru naik di banding semester berikutnya. Mungkin saja dosen yang ngoreksi hasil ujianku juga "mabuk" World Cup sehingga kertas hasil ujianku nggak di koreksi secara detail. yah...siapa tahu...(*smile).

Kemudian, ketika awal tahun 2000, saya mencari beasiswa untuk melanjutkan sekolah lagi. Saya pilih melamar beassiwa dari pemerintah Jepang (Monbusho) karena Jepang akan menjadi penyelenggara World Cup 2002. Ini kesempatan untuk nonton World Cup secara langsung di tepi lapangan. October tahun 2000, saya jadi berangkat ke Jepang dengan beasiswa Monbusho. Iklim akademik di Jepang membuat saya "terlena" kerja di laboratorium sehingga baru mencari tiket ketika World Cup 2002 sedah dekat. cari sana sini, via internet juga, sayang sekali sudah masuk daftar tunggu...dan akhirnya nggak bisa dapat tiket. Hanya teman saya, anak Malaysia, bisa mendapatkan tiket, itupun hanya 1 biji dan hanya untuk pertandingan team yag justru bukan favorit dia. "Tapi...daripada nggak dapat..."kata teman tsb. yah...gagal deh impianku untuk nonton langsung, walaupun tinggal di Jepang saat itu. Jadilah nonton lewat TV lagi di laboratorium tiap sore. Professor pembimbingku saat itu bilang " OK...silakan nonton sepak bola, tetapi setelah selesai lanjutkan penelitian kalian". "Haik..sensei.." begitu jawab kami serempak saat itu. Memang saat itu, mahasiswa asing di labku yang jumlahnya hampir 50% dari member lab, adalah penonton setia sepak bola.

Tahun 2006 ini, saya masih tinggal di Jepang, dan World Cup 2006 telah di mulai di Jerman. yah....nonton lagi deh..tapi hanya malem hari saja. dan begadangnya dikit dikit saja, maklum ini tahun ke-3 bagi saya sebagai mahasiswa program doktor, di mana pada siang harinya nggak bisa "santai-santai" lagi di lab akibat begadang World Cup. yah..... World Cup 2006 terpaksa harus ngalah lah.....(*smile)
posted by Shinkansen @ 5:18 AM   2 comments
Friday, June 09, 2006
Hukum belajar di negeri kafir
Fatwa seorang ulama Asy Syaikh Utsaimin rahimahullah menyatakan bahwa belajar di negeri kafir pada dasarnya tidak di perbolehkan kecuali terpenuhi syarat-syarat berikut:

Syarat pertama; Dia merasa aman akan keyakinannya, yaitu dengan memiliki ilmu agama dan keimanan serta ketetapan hati yang kuat, yang menjadikan dirinya tetap berpegang teguh terhadap agamanya, dan berhati-hati dari penyelewengan dan penyimpangan. Dan harus memendam permusuhan serta rasa benci terhadap orang-orang kafir dan tidak memberikan loyalitas serta kecintaan kepada mereka.

Syarat kedua; Memungkinkan baginya untuk menampakkan agamanya, dimana dia bisa menegakkan syi'ar-syi'ar islam tanpa ada yang menghalangi, tidak dihalangi untuk menegakkan shalat, jum'atan, dan menunaikan shalat berjamaah, dzakat, berpuasa, haji, dan syi'ar-syi'ar yang lainnya. Jika tidak memungkinkan baginya melakukan itu semua, maka tidak boleh baginya tinggal disana, karena justru yang wajib bagi seseorang adalah hijrah dari tempat itu.

Selain dua syarat pokok diatas, juga harus terpenuhi bagi siapa pun yang ingin belajar di negeri kafir empat syarat berikut:

Pertama; Seseorang harus memiliki kematangan akal pikiran yang dengannya dia dapat membedakan antara manfaat dan mudharrat serta dapat melihat kepada masa depan yang jauh.

Kedua; Memiliki ilmu syariat yang memungkinkan baginya untuk membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Serta dapat menangkis kebatilan dengan kebenaran agar dia tidak tertipu dengan kebatilan yang ada pada mereka sehingga menyangka kebatilan tersebut adalah kebenaran atau tersamarkan atasnya kebatilan tadi atau dia tidak mampu untuk menangkalnya sehingga menjadi bingung atau mengikuti kebatilan tersebut.

Ketiga; Memiliki keimanan yang menjaga dan membentenginya dari kekufuran dan kefasikan.

Keempat; Ada tuntutan kepada ilmu yang dicarinya, seperti dalam mempelajarinya terdapat maslahat bagi ummat islam dan ilmu tersebut tidak terdapat di sekolah-sekolah di negerinya. Apabila ilmu tersebut diantara ilmu-ilmu tambahan yang tidak ada maslahatnya bagi muslimin atau ilmu tersebut terdapat di negeri-negeri islam, maka tidak boleh baginya tinggal di negeri kafir untuk mencari ilmu tadi karena bahayanya terhadap agama dan akhlak seseorang serta membuang-buang harta yang banyak tanpa faidah.
posted by Shinkansen @ 7:49 PM   3 comments
Kimia Analitik dan Titanic

Kimia Analitik merupakan salah satu cabang ilmu kimia yang salah satu fungsinya adalah mempelajari teknik pemisahan, identifikasi dan penentuan komponen dari suatu material.

Kalo kita melihat peristiwa tenggelamnya kapal titanic, dimana terlihat lambung kapal terbelah atau patah menjadi dua bagian maka kimia analitik ini bisa mengungkap mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada tanggal 15 agustus 1996 lalu, untuk pertama kalinya sample baja pada lambung kapal titanic di ambil. Kemudian di lakukan analysis metalurgi pada sample tsb.

Hasil analysis menunjukkan bahwa kadar phosphorus pada baja Titanic di temukan 4 kali lebih besar disbanding baja modern saat ini, sedangkan kadar sulfur 2 kali lebih besar. Hal ini mengindikasikan bahwa baja Titanic kemungkinan di produksi dengan cara open-hearth furnace. Hasil analysis lainnya menunjukkan bahwa rasio Mangan (Mn) terhadap sulfur (S) adalah 7:1. Bandingkan saja dengan baja modern saat ini yang memiliki rasio 200:1.

Berdasarkan analysis baja tersebut, maka tragedy titanic menjadi lebih terkuak. Mengapa? Phosphorus yang berlebih di dalam baja menjadi inisiator terjadinya kepatahan lambung kapal. Sulfur yang berlebih di dalam baja akan berkombinasi dengan besi (Fe) untuk membentuk FeS yang juga merupakan propagator terjadinya kepatahan. Kadar Mangan (Mn) yang terlalu kecil membuat baja kurang keras dan lebih rentan terhadap kepatahan.

posted by Shinkansen @ 7:27 PM   0 comments
Pendidikan di Perguruan Tinggi

"Ah...dosen sekarang...bisanya cuma menyuarakan isi buku, tanpa tahu aplikasinya". Hmm..kalimat sindiran bagi seorang dosen yang pernah saya dengar. Benarkah sindiran tersebut?. Tidak usah marah atau dongkol dengan kalimat itu, tetapi jadikanlah sebagai motivasi untuk memperbaiki diri. Di sadari atau tidak...., memang di perlukan langkah pembenahan untuk mencapai derajat perguruan yang di sebut perguruan tinggi termasuk pembenahan SDM di dalamnya.

Ada tiga proses utama yang harus di lakukan dalam pendidikan di perguruan tinggi yaitu (1) proses pelestarian ilmu, (2) proses penciptaan ilmu, dan (3) proses penggunaan ilmu. Ketiga proses ini akan menanamkan pondasi yang kuat untuk pengembangan, pemasyarakatan, dan penggunaan ilmu pengetahuan.

Sindiran diatas masih menyangkut pada proses yang pertama saja yaitu pelestarian ilmu. Ini mempunyai arti menurunkan ilmu yang telah dibukukan kepada orang lain/mahasiswa. Inti proses ini adalah penggandaan ilmu itu sendiri. Walaupun dalam prosesnya, tidak mustahil terjadi penurunan kualitas dan pengertian dari ilmu itu karena dosen yang menurunkanya mempunyai interpretasi yang berbeda dari konsep ilmu yang diajarkan. Hasilnya pelestarian ilmu ini bergeser dan sering berubah sesuai kultur lokal.

Tentu saja harapannya adalah proses (2) dan (3) yang sudah lebih advance. Yaitu didalam pendidikan pada perguruan tinggi harus juga terjadi proses penciptaan ilmu dan penggunaan/aplikasi ilmu. Ini hanya bisa berjalan jika aktor-aktornya mempunyai kapabilitas dan kemauan (termasuk dari organisasi) untuk melaksanakan proses yang ke-2 dan ke-3 tersebut.

Sepintas bisa dilihat di beberapa universitas di negeri kita, dimana mengharapkan terjadinya peningkatan kualitas dan kemampuan finansial universitas tanpa melaksanakan proses 2 dan 3 dalam aktifitas keseharianya. Logikanya, tanpa aktifitas 2 dan 3, harapan banyak universitas untuk mandiri tidak didasarkan pada pijakan konsep yang kuat. Mungkin kondisi ini juga terjadi hampir di semua perguruan tinggi di Indonesia termasuk empat PT BHMN saat ini.

Lalu siapa yang bisa mengubah kondisi saat ini menjadi kondisi ideal atau mendekati ideal yang memenuhi ketiga proses diatas?. Tentu menjadi tanggung bersama semua civitas akademika dan juga masyarakat pengguna produk pendidikan perguruan tinggi. Di samping itu juga para pejabat yg ada dalam lingkungan struktural dan pembuat konsep dan rancangan strategis pendidikan tinggi harus mempunyai konsep yang jelas. Selain itu diperlukan beberapa contoh dan best-practice di tempat yang sama sehingga konsep tsb tidak terlihat mengambang dan tak tersentuh dalam aplikasi nyata. Susahnnya sering semua ini perlu "orang" bukan hanya manusia saja untuk dapat menjadikanya suatau kenyataan. Kalau tidak, maka kita hanya akan tetap melihat perguruan tinggi hanya berperan di point 1 saja yaitu proses pelestarian dan penggandaan ilmu saja.

posted by Shinkansen @ 6:34 PM   6 comments
About Me

Name: Shinkansen
Home: Indonesia
About Me:
See my complete profile
Previous Post
Archives
My Publications
Blog Keluarga
Powered by

BLOGGER